Jumat, 07 November 2008

Sejarah Pesantren

Pulo Air, sebuah nama yang semula amat dikenal oleh masyarakat luas sebagai sebuah tempat persinggahan dan Taman Rekreasi yang indah, dimana terdapat pemandangan hijaunya pegunungan dikejauhan serta dilengkapi dengan telaga - telaga yang memiliki air yang jernih sebagai hasil penampungan dari mata air murni yang mengalir deras dikaki Gunung Gede.Tempat indah seluas 3,3 hektar ini adalah milik seorang pengusaha rumah makan terkenal, “Lembur Kuring” di bilangan Senayan Jakarta, beliau adalah H. SOEKARNO.
Pada suatu waktu ditahun 1987, beliau mendengar ceramah agama tentang suasana dan keindahan syurga, sebagai bentuk ganjaran kepada para hamba Allah yang beriman dan bertaqwa. Dalam ceramah itu, disebutkan tentang air sungai yang mengalir abadi dan berbagai keindahan pemandangan di dalam syurga, teringatlah beliau akan salah satu asset usahanya, berupa Taman Rekreasi Pulo Air di Sukabumi, yang memiliki aliran sungai yang senantiasa mengalir dan keindahan alam yang luar biasa, laksana syurga di dunia.
Arti dari ceramah tersebut sangat membekas dihatinya, tak terbayangkan keindahan syurga milik Allah yang begitu sempurna, terlintas dibenaknya,akan menyerahkan "syurga dunia" miliknya itu kepada Allah dengan mewakafkannya untuk kepentingan agama dengan harapan Allah menggantinya dengan syurga abadi di Akhirat kelak.
Untuk memenuhi keinginannya tersebut, beliau menghubungi KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie, putra dari sahabatnya, Almarhum KH. Abdullah Syafi’ie, Pendiri Yayasan Perguruan Islam As Syafi’iyah yang telah lebih dulu wafat (1985). Disampaikanlah niat tersebut dan mengundang KH. Abdul Rasyid AS untuk dapat melihat dan menyaksikan keindahan Taman Wisata Pulo Air miliknya. Setelah berkeliling dan melihat lokasi, H. Soekarno menyampaikan niatannya untuk menyerahkan seluruh lokasi wisata miliknya untuk dipergunakan bagi kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.Mendengar niat tersebut, KH. Abdul Rasyid meminta diberikan waktu sejenak untuk memikirkannya, mengingat lokasi yang sangat jauh dari Jakarta (120 km). Terlukislah kebimbangan di hati H. Soekarno, khawatir niat tersebut tidak dipenuhi, maka atas izin Allah, akhirnya KH. Abdul Rasyid menerima amanat tersebut untuk menjadi Nazir Waqaf bagi lokasi seluas 3,3 hektar tersebut.Selanjutnya, KH. Abdul Rasyid memerlukan waktu 2 tahun untuk memikirkan konsep seperti apa yang sesuai dengan lokasi tersebut, setelah meminta nasehat dari para guru, keluarga serta sahabat-sahabatnya, akhirnya beliau memutuskan untuk membangun sebuah Pesantren Al Qur'an yang merupakan cita - cita Almarhum KH. Abdullah Syafi'ie pada masa hidupnya dahulu.Kini, Pesantren ini dikenal dengan nama Pesantren Al Qur'an KH. Abdullah Syafi'ie, Pulo Air Sukabumi.